Saturday, 4 June 2016

Beasiswa Master Luar Negeri BPPLN-VOKASI-DIKTI (Lanjutan 1 - Pelatihan IELTS)


Mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri memang sesuatu yang luar biasa di impikan bagi sebagian banyak orang. Di Indonesia sendiri, ada dua lembaga yang secara umum sudah dikenal sebagai pemberi beasiswa yaitu LPDP dan DIKTI. Dua lembaga ini sumber dananya sama-sama dari pemerintah.

Dalam artikel ini, saya mau berbagi kepada kawan-kawan mengenai pengalaman dan proses beasiswa DIKTI yang programnya dikhususkan bagi Calon Dosen Vokasi (Politeknik), BPPLN Vokasi 2015/2016. Persyaratan paling utama untuk mengikuti beasiswa ini adalah adanya tenur (Politeknik) sebagai tempat mengajar kita nanti setelah lulus kuliah di luar negeri, dalam hal ini dibuktikan dengan di tandatanganinya Surat Pengangkatan Dosen Tetap di atas materai oleh Direktur Politeknik dan Calon Penerima Beasiswa, tidak apa-apa meskipun belum pernah ngajar.

Pada artikel sebelumnya, Perjuangan Mendapatkan Beasiswa BPPLN-Vokasi 2015, saya sudah memaparkan mengenai proses dari pendaftaran hingga pengumuman bagi yang lolos TKDA (Tes Kemampuan Dasar Akademik) dan dipanggil untuk mengikuti pelatihan bahasa. Nah, disini saya akan berbagi pengalaman saya selama pelatihan bahasa di salah satu perguruan tinggi di Bandung.

Pelatihan ini diawali dengan Orientasi (9-11/09/2015) selama tiga hari di Hotel Asmila Bandung dan yang paling terkesan adalah adanya outbound di bukit Lembang. Acara saya manfaatkan sebagai awal untuk mengenal teman-teman calon penerima beasiswa yang lain secara lebih dekat, mengingat selama enam bulan, terhitung mulai 14 Semptember 2015 sampai 01 Maret 2016, saya akan bersama mereka belajar bahasa inggris (IELTS) dengan target overall 6.0 dan nilai terendah tiap section (Listening, Reading, Writing, dan Speaking) adalah 5.5. Jadi kita waktu itu, supaya mendapat target tersebut, nilai yang harus didapat secara random adalah:
Listening         : 6.0
Reading : 6.0
Writing : 5.5
Speaking         : 5.5
Overal : 6.0
Nilai ini bisa di bolak balik.
Dalam menjalani pelatihan ini, kita dibagi menjadi 3 kelas, karena jumlah kita ada 50 orang. Saya waktu itu ada di kelas C dengan jumlah paling sedikit, yaitu 15 orang. Cukup kondusif lah bagi saya untuk belajar. Jadwal kita cukup padat waktu itu, yaitu 6.5 jam per hari (Senin - Jumat), mulai dari jam 7.00 – 15.00 dengan jeda waktu istirahat jam 12.00 – 13.30. Bisa teman-teman bayangkan, 6.5 jam perhari selama 6 bulan, belajar bahasa inggris (IELTS), memang cukup membosankan sepertinya.. hee. Dan yang terpenting adalah bahwa kita harus memenuhi kehadiran sebanyak 90%, kalau dihitung boleh tidak masuk(bolos) selama 10 hari maksimal. Akan tetapi, cita-cita tetaplah harus di perjuangkan. Disamping juga harus cari-cari universitas dan menyiapkan semua persyaratannya termasuk Motivation Letter, CV, Recommendation Letter, Ijazah dan Transkrip, semuanya harus berbahasa inggris, kan kuliahnya luar negeri bro, heee.

Mulai deh sambil browsing-browsing mengenai persyratan2 tersebut di sela-sela belajar IELTS, scoring bareng2, belajar bareng2 dan lain2. Insyaallah, kalau diingat2 sangat menyenangkan waktu itu, bagaiman kita berjuang bersama.

Selama 2 bulan pertama, kita di beri materi full tiap hari secara bergantian (Listening, Reading, Writing, Speaking) dengan dosen yang berbeda-beda pula. Dan masuk bulan ketiga, skemanya diganti menjadi latihan (Senin, Rabu, dan Jumat), sedangkan hari selasa dan kamis pembahasan. Waktu itu nilai saya tidak stabil alias naik turun, hehe. Naik turunnya di angka bawah lagi,kadang 5, 5.5. Hampir susah dapat 6 saya, hehe. TAPI, tidak ada yg tidak bisa di taklukkan selama kita berikhtiar. Saya tingkatkan belajar saya, jam 15.00 – 17.00 kita adakan belajar bareng di kampus. Dan saya masih nambah lagi waktu latihan bersama teman kos saya, Luthfi, dari jam 19.30 – 22.00. Cukup padat sekali, bahkan saya terbiasa tidur malam hanya 4 – 5 jam, hee.

Finally, kita sepakat untuk melakukan Real Test pertama pada tanggal 30 / 01 / 2016 di British Council. Karena saya waktu itu baru pertama kali ikut real test IELTS, rasanya deg degan brow, dan cukup ketat juga pelaksanaanya. Apalagi saat jadwal speaking (31/01/2016), ngomong sama bule dari Amerika. 13 hari setelah real test, pengumuman release, dan hasilnya Alhamdulillah waktu itu saya lolos target dikti dengan overall 6.0 (Listening 6.0, Reading 6.0, Speaking 6.0 dan Writing 6.5), paling tinggi Writing, mungkin karena penguasaan Grammar saya sudah ditempa sewaktu kursus di Pare, hehe. Akan tetapi, ini tidak memenuhi kampus yang sangat saya idamkan dengan jurusan uniknya, Bonn-Rhein-Sieg University of Applied Sciences, jurusan Autonomous Systems. Perjuangan mendapatkan LoA dan dukungan professor dari kampus ini saya ceritakan di artikel lain, don’t miss it, hehee.

Sisa waktu mulai 13/02/2016 sampai 01/03/2016, bahkan sejak setelah real test pertama, saya sudah harus mempersiapkan real test yang kedua, buat jaga-jaga. Dan dipesanlah jadwal real test kedua tersebut pada tanggal 05/03/2016. Dengan evaluasi dari hasil tes pertama yang kurang dari satu bulan, mau tidak mau harus siap, harus maksimal, dan harus lebih baik dari real test pertama. Test yang kedua ini kita ikut yang di organisir oleh IDP (Australia), sama saja sih sebenarnya, cuma beda manajemen saja. Pengumuman waktu itu sama, yaitu 13 hari setelah tes, tepatnya tanggal 18/03/2016. Dan…

Pengumumanpun keluar, sekitar jam 16.00, Alhamdulillah saya bisa dapat overall 6.5 (Listening 6.5, Reading 6.0, Speaking 6.5 dan Writing 6.0). Meskipun sudah tutup pendaftaran di universitas yang saya maksud di atas, saya tetap menghubungi professor dan internasional office nya, DO THE BEST, LET GOD DO THE REST. Perjuangan ini saya tulis di artikel lain, hingga ada good news dari professor.

Akhirnya pelatihan inipun selesai, dan kita bisa balik ke rumah masing-masing. Oiya lupa, saya bolos 5 hari waktu itu, hehe, buat urus E-Passport di Surabaya dan urus Recommendation Letter di kampus saya, Universitas Trunojoyo Madura.

# mencoba adalah langkah awal bahwa anda berani

3 comments: